Astronomi, yang dengan cara etimologi berarti "ilmubintang", yaitu ilmu yang melibatkan penelitian dan penjelasan hal jadinya yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mengkaji asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang dapat dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga pengolahan yang melibatkan mereka. Tidak selamanya beratus-ratus tahun ke-20, astronomi dianggap terpilah sebagai astrometri, mekanika langit, dan astrofisika. Selanjutnya, riset astrofisika, dengan cara khususnya astrofisika teoretis, dapat dimainkan oleh orang yang berlatar belakang ilmu fisika atau matematika daripada astronomi.
Astronomi tidak usah dikelirukan dengan astrologi, ilmu semu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun memiliki asal-muasal yang sesuai, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.
Planet (dari bahasa Yunani Lawas αστήρ πλανήτης (astēr planētēs), berarti "bintang pengelana") yaitu benda astronomi yang mengorbit sebuah bintang atau sisa bintang yang cukup akbar untuk memiliki gravitasi sendiri, tidak amat sangat akbar untuk membuat fusi termonuklir, dan telah "membersihkan" daerah sekitar orbitnya yang dipenuhi planetesimal. Istilah planet sudah lama tidak kekurangan dan memiliki hubungan sejarah, sains, mitologi, dan agama. Oleh peradaban lawas, planet dipandang sebagai sesuatu yang kekal atau agen dewa. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, kecenderungan manusia terhadap planet berubah. Pada tahun 2006, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) mengesahkan sebuah resolusi resmi yang memberikan ciri utama planet di Atur Surya. Ciri utama ini dipuji tetapi juga dikritik dan masih diperbantahkan oleh sejumlah ilmuwan karena tidak meliputi benda-benda bermassa planet yang ditentukan oleh tempat atau benda orbitnya. Meski delapan benda planet yang ditemukan ketika belum 1950 masih dianggap "planet" berdasarkan ciri utama modern, sejumlah benda angkasa seperti Ceres, Pallas, Juno, Vesta (masing-masing objek di sabuk asteroid Matahari), dan Pluto (objek trans-Neptunus yang pertama ditemukan) yang dulunya dianggap planet oleh komunitas ilmuwan sudah tidak dipermasalahkan kembali.
Ptolomeus menganggap planet mengelilingi Bumi dengan tindakan deferen dan episiklus. Walaupun konsep planet mengelilingi Matahari sudah lama diketengahkan, baru pada zaman ke-17 konsep ini terbukti oleh penelitian teleskopGalileo Galilei. Dengan analisis data observasi yang cukup teliti, Johannes Kepler menemukan bahwa orbit planet tidak mempunyai bangun-bangun lingkaran, melainkan elips. Seiring upaya meningkatkan mutu peralatan observasi, para astronom memperhatikan bahwa planet berotasi pada sumbu miring dan beberapa di selanya memiliki beting es dan musim layaknya Bumi. Sejak awal Zaman Angkasa, penelitian jarak akrab oleh wahana antariksa membuktikan bahwa Bumi dan planet-planet lain memiliki tanda-tanda vulkanisme, badai, tektonik, dan bahkan hidrologi. (Selengkapnya.... )
Detil warna semu dari atmosfirYupiter yang diambil oleh wahana antariksa Voyager 1 menuding Bintik Merah Raksasa dan sebuah pola putih mempunyai bangun-bangun oval. Pola mempunyai bangun-bangun gelombang di kiri Bintik Merah Raksasa yaitu sebuah wilayah dengan gelombang yang kompleks. Untuk memberikan bekas skala Yupiter, badai mempunyai bangun-bangun oval putih di bawah Bintik Merah Raksasa memiliki garis tengah yang hampir sesuai dengan Bumi.